Jumat, 25 November 2011

Kisah Lalu

Ditulis kembali, pertama pada 31 juli 2009 ....

Di surga nun jauh di sana.


Dua orang anak bermain bersama. Bermain bola. Berlari ke kanan dan kekiri. Memakan makanan apapun yang mereka suka.Bermain apapun yang mereka mau ...
Di samping halaman tempat mereka bermain, berdiri sebuah istana megah nan cantik.Istana kecil yang diberi Tuhan untuk mereka tinggal.
Kakak: Dik, udah dong mainnya ...
Adik: Ah kakak, ayo main lagi ...masa kalah sama adik, kak...
Kakak: Kakak, kan capek dik...Adik: Yah, kakak payah nih ...Lalu karena tak sanggup menemani adik yang terus bermain, sang kakak kembali ke istana.
....kringgg..kringggggggg....
suara telpon berdering, Kakak berteriak dari dalam istana, memanggil adik ke dalamnya
"Adikkkkkkk! ada telpon dari Bunda"Si adik tergopoh - gopoh, menuju arah sumber suara Kakaknya.
"Alhamdulillah ada telpon dari Bunda, apa kata Bunda kak?"Walau tampak tertegun dengan wajah sedih, Kakak tampak sangat antusias bercerita


"Bunda barusan telpon, dia kangen sama kita, dik" Si Adik tersenyum riang sambil lompat - lompat"Aku juga kangen bunda...plokk ..plok ..plok, tapi mengapa Kakak tampak tak bahagia
Kakak berusaha menutupi kesedihannya walau tak bisa "Kakak sedih, tapi bahagia dik..."
Si Adik tetap bingung, ia tak mengerti mengapa Kakak menangis tapi dia bilang bahagia"Aku masih kecil kak, pakailah kata - kata sederhana, seperti usiaku'" 
Bunda, sudah sangat rindu bertemu kita, tapi Allah menyuruh kakak menemani Bunda sebentar saja, agar mengajarkan Bunda tentang sabar dan syukur, Agar mengajarkan Ayah tentang Cinta dan Pengorbanan"

Adik tetap bingung, dengan kata - kata Kakak 
"Dik, Allah Tuhan kita, ingin kakak membangunkan istana untuk Ayah dan Bunda di Surga"
Si adik mulai sedikit mengerti ...tapi tetap ada raut bingung dalam wajah mungilnya"Kalau begitu aku bantu kakak membangun istana di surga ya, biar cepat selesainya, aku juga kan sayang Ayah dan Bunda" 
Kakak memegang lembut tangan adik, sambil menatapnya dengan lembut..."Adik,adik tidak usah membantu kakak mebangun rumah di surga, bantulah Ayah dan Bunda membangun rumah di dunia fana, rumah yang memproduksi bahan2 bangunan istana kakak di surga" 
Adik menangis dalam pelukan Kakak  "tapi aku,,hiks... aku ingin temani kakak juga...nanti siapa yang temani aku main bola? hik ..hik...hik"Kakak berusaha menghapus air mata adik dengan sentuhan lembut tangannya 
"Kakak akan menunggu adik main bola bersama, adik tidak akan sendiri karena akan hadir adik2 kita kelak bermain bola di sana, temanilah Ayah dan Bunda,jadilah anak yang baik di sana...sayangi Ayah dan Bunda, Saudara, dan teman - teman, jadilah orang yang berakhlak baik dan berguna bagi dunia dan akhirat.... Kelak kakak akan menunggu adik datang bersama Ayah dan Bunda di Istana kita di Surga" 
Adik mulai paham ....dan mengangguk 
"Baik kakak...aku paham..aku janji jdi manusia yang taat beribadah untuk Tuhan kita, jadi anak yang shaleh untuk Ayah dan Bunda, jadi manusia yang berakhlak mulia," 
Kakak tersenyum bahagia'"Bagus!Adik yang baik!...Janji?!" sambil mengulurkan jari kelingking pada adik 
"Janji!!!!!" mengulurkan balasan kelingking Kakak...lalu berpelukan sangat lama....Kakak lalu kembali ke dalam istana,Sementara adik, masuk ke dalam kereta kencana buatan surga, bersiap menuju bumi menemui Bunda


"Bunda....aku datang...sambut aku ya Bunda..." 
Di Dunia fana...Dari Istana Surga. 
Aku melihat Bunda sibuk bermain pet society pagi – pagi sekali jam 04.35...(Rajin sekali ya Bunda), setelah selesai menelponku saat shalat tahajud tadi, sepertinya tangan bunda gatel sekali ingin memainkan Pet Society. Pet nya, Fadi.H2..sudah lama tidak di urus, karena jaringan internet yang sangat lambaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaatttt.. 
Pagi itu,,meski bermain pet society sambil menunggu adzan shubuh…Tiba – tiba Ayah melemparkan sesuatu ke Bunda.Ih, sebel main lempar – lempar aje, emang bola! Wah Bunda bahagia sekali, Ayah membelikan Testpack untuk Bunda...Aku tahu mengapa Ayah baru memberikan testpack pagi – pagi 
,,,HA HA HA HA,,, 
Ayah tahu Bunda sangat tidak sabaran untuk hal ini. Belum seminggu yang lalu Ayah membelikan Bunda testpack, dan beberapa menit setelah ada di tangan Bunda, Bunda langsung pergi ke kamar kecil. Ya iyalah...masa ya iya dong...ngga kedetect tau! Lagi – lagi kala itu Bunda kecewa, meski sudah terlambat seminggu PMSnya (kata Bunda), padahal minggu - minggu itu Bunda berfeeling terus akan dapat anak kembar (Bunda memang over confidence alias narsis). Belum lagi selama empat bulan yang lalu, hampir setiap dua minggu sekali Bunda meminta Ayah membelikan testpcak.Jadilah Ayah K.A.P.O.K! 
Kata Ayah ”Bisa – bisa uang kita abis buat beli testpack tiap hari” Makanya mending ayah umpetin sampai waktu yang tepat.Sebelum shalat shubuh,Bunda terlihat ke kamar mandi ...Dengan hati – hati membuka bungkus testpack berwarna biru. Benda yang sudah tak asing lagi untuk mendeteksi keberadaaan adikku. 
Kulihat Bunda sebenarnya sudah sangat pasrah sekali, ia tak berani melihat hasilnya lebih lama, setelah yang terlihat satu garis

....Di tunggu

1 ...2 ...3 ...

Nah ...nah ..nah ...Satu garis lagi muncul ...tapi samar ...fffiuhhh


Meski agak ragu...Bunda terlihat tersenyum bahagia dan terlihat berucap

Alhamdulillah ...

Lalu shalat shubuh dan lanjut dengan tilawah .... 
”Bunda ajarkan shalat, dan tilawah ya nak....lalu..kita main pets” 
Suara kunci ayah terdengar, ayah masuk ke dalam rumah setelah pulang shalat shubuh berjama’ah, meski sok jaim, Bunda tahu kalo ayah berharap hasil dari testpack tadi.”Sayang,,,hasilnya positif tapi samar ...” 
Bunda memperlihatkan testpacknya sambil merajuk ke pelukan Ayah
”Masa sih? Testpack lagi aja yu ...” Dasar Ayah ...katanya sudah gak punya uang lagi buat beli testpack bukannya bilang Alhamdulillah (kayanya di dalam hati). Aku tahu ayah sengaja memperlihatkan kejaimannya, Ayah takut kecewa seperti bulan – bulan sebelumnya.
”Sayang, aku pagi ini udah ngajarin shalat, sama tilawah buat anak kita” Bunda tampak laporan sambil tidak berpaling dari layar monitor laptop”Sekalian fesbukan juga diajarin ya????” timpal ayah menyindir
"Ahhhh...sayang, kan biar anak kita ga gaptek...aku ajarin juga main pets...lah sayang ngajarin apa?” Bunda melirik ayah, tapi ayah belum berkata apapun hingga ...Duuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuutttttttttttttttttttttttttt .... 
(Bauuuuuu! Ayah Jorok!Aku kabur balik ke istana ah)
”ihhhhhhhhhhhhhhhh,,sayaaaaaaaaaaaaaang,,” 
”Hahahaha, nah itu pelajaran pertamanya, kan kalo ga bisa kentut nanti jadi penyakit..hihihi”
Adik, temani Bunda ya ...Temani ia selama Ayah bertugas di Palembang 
Temani ia hingga ia menemanimu melewati hari – hari dunia fana 
Temani Ayah dan Bunda dengan cinta dan akhklak mulia
Ingat Janji kita,Kakak menunggu di Surga.

Selasa, 15 November 2011

Finally, He's Walking!

Greget itu kata saya buat Rayhan, millestonenya yang mundur seperti kelahirannya. Tapi Alhamdulillah DSA nya Rayhan selalu membesarkan hati. Apalagi abinya rayhan seperti juga tidak sabar, ia kadang juga bertanya kenapa rayhan belum bisa ini itu. Dimulai dari ketika orang lain sudah menegakkan kepala, sementara rayhan baru bisa di usia nya yang 4 bulan, rayhan baru bisa berguling dan tengkurap tepat di usia 5 bulan ketika kami baru saja sampai di Depok, lalu merayap dan akhirnya merangkak yang sedemikian lamanya.


Saya sendiri sabagai ibu, kadang kesal,apalagi tiap saya bawa Rayhan ke rumah Neneknya, para tetangga seperti selalu membandingkan Rayhan dengan anak - anak yang lain. Sejak saat itu, saya memilih untuk menjawab dengan senyum, saya hanya melihat dari babycenter ataupun KMS online, tentang tahapan yang harus dilewati rayhan, masih dalam batas normal. Meski dalam diam, sering saya sendiri secara sadar melihat perkembangan anak orang lain yang ternyata jauh lebih maju.

Di rumah, saya sering kali mengomeli abinya Rayhan. Bahwa cobalah berkata positif, dimulai dari berkata 'tidak' pada kemampuan anak kita dengan berkata 'belum'. Tidak, berarti tidak akan ada harapan lagi, sementara 'belum' berarti belum datang saatnya, dan kita diwajibkan bersabar menunggu, sambil menstimulasi. Karena kata-kata positif akan merubah hal negatif menjadi energi. Semakin besar dia akan tau, apakah dia anak yang beruntung atau dia hanya menjadi anak bawang yang tidak bisa melakukan ini itu. Saya jelaskan setiap anak berbeda, ibu bapaknya saja berbeda, orangnya berbeda, kemampuannya pun pasti berbeda. Saya juga ingin membesarkan hati saya, yang seharian menjaga dan mengurus rayhan, jangan sampai saya jadi ikut pesimis dengan kemampuan anak saya sendiri. jangan sampai saya jadi tidak sabar mengurus rayhan karena omongan negatif dari luar diri saya. Setiap anak memiliki kekurangan dan kelebihan, dan orang yang pertama harus menerima kekurangan dan merangkulnya adalah keluarga.

Sejak saat itu abinya rayhan berhenti menanyakan 'kenapa tidak merangkak, kenapa tidak jalan juga', walau sekali waktu saat berkumpul dengan temannya, abi seperti mengeluhkan millestone rayhan. Hati saya sebagai seorang Ibu 'agak'sakit.

Saya banyak mendengar cerita ada beberapa anak yang menskip merangkak, dari proses merayap. Awalnya Rayhan merayap, baru kemudian duduk, belajar berdiri, dan setelah dilatih dan saya contohkan gaya merangkak Alhamdulillah rayhan merangkak.

Ulang tahunnya yang pertama rayhan masih terus merangkak, daaaaaaaaaan, merangkak bo.Orang - orang luar yang sepertinya 'ngefans' berat sama rayhan sejak lahir, yang terus memantau kemampuannya rayhan, lama-lama membuat saya sebal, karena dia membandingkan rayhan dengan cucunya atau anaknya.Saya sendiri jadi malas mudik, karena lama - kelamaan sisi negatif saya jadi lebih besar.


Di Depok, setiap pagi saya latih rayhan berjalan, usia 14 bulan rayhan sudah mulai bisa dititah dengan satu tangan, sebetulnya dia sudah bisa melangkah kaki sendiri, tapi dia takut jika saya lepas, meski pegangannya tidak begitu erat. 15 bulan rayhan bisa saya lepas dalam jarak satu meter dan  berjalan cepat menuju saya. Kondisi kaki rayhan memang flat, sehingga menyebabkan dia cepat lelah dalam berjalan, namun DSA nya bilang tidak masalah, jika ada kesulitan akan dibantu dengan sepatu khusus.

Rayhan suka sekali jika di sekelilingnya banyak anak seusianya. Kebetulan rumah (kontrakan) kami berdekatan dengan area sekolah, setiap kali melihat anak-anak yang berlarian main kejar-kejaran, rayhan juga ikut berlari sambil memegang tangan saya. Rayhan juga suka sekali dengan bola dan ring basket, setiap kali lapangan lengang saya ajak rayhan berjalan sambil melempar bola lalu memungutnya kembali. Rayhan terlihat sangat excited.

Tidak lupa di setiap shalat setiap waktu setiap hari, saya selalu berdo'a, Saya yakin Allah Maha Mendengar, dan Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk makhluknya. Jika seandainya begitu banyak dosa-dosa kami sebagai orang tua rayhan, menjadi penghalang kemampuan dan tumbuh kembang rayhan, ampunilah dosa-dosa kami ya Rabb, jadikan Rayhan anak yang sehat yang shaleh, yang ahli ilmu dan kebaikan, berikanlah rayhan kemampuan yang baik dalam melewati masa-masa tumbuh kembangnya, jauhkan ia dari goda'an syaithon dan dari orang-orang yang memandangnya penuh kebencian.Audzubikalliamtillahi tammatin min kulli syaithonin wa hammatin wa min kulli 'ainin lammah, Allahumma u'idzuhubika wadzurriyatuhu minasyaithonirrojiim... Amin YRA.


Setiap hari saya browsing pengalaman mommies yang memiliki anak dengan masalah yang sama dengan rayhan. Bukan membandingkan, hanya ingin menenangkan hati, bahwa rayhan normal, rayhan pasti akan mampu berjalan seperti anak-anak pada umumnya. Selain itu saya coba dengan hypnoparenting, saya bisikkan kata-kata positif agar rayhan berani berjalan atau agar rayhan mau makan di telinganya saat ia tertidur lelap di malam hari.


H-14 menuju 18 bulan rayhan tiba-tiba berdiri dan melangkah satu meter, dan saat ada tarian di VCD kesukaannya rayhan ikut menari sambil jatuh bangun berjalan, ahhhh meleleh air mata ini. Saya hampir saja akan membawa rayhan ke klinik tumbuh kembang anak. Saat imunisasi di usianya yang 18 bulan, DSA rayhan mengatakan kalau rayhan sehat-sehat saja dan tidak ada tanda-tanda kelumpuhan, rayhan hanya kurang berani. Akhirnya di usia 18 bulan rayhan mulai bisa berjalan mengelilingi rumah,  meski kadang masih suka jatuh. Bahkan ke kamar mandi yang saya takut rayhan terpeleset,atau menyusul saya ke luar rumah ke tempat jemuran baju.


Alhamdulillah, engkau mengajarkan kesabaran pada ummi nak, teruslah berlatih, nanti kita lari-lari ya ... #Kecup basah rayhan ...Muaaaach.

Sabtu, 12 November 2011

Lagi Rajin Baca

Dulu (Dulu sekaliiiiii) saya sering membaca buku, kecuali buku kuliah ^____^, satu buku apalagi novel bisa saya baca dalam satu malam. Sekarang? Jangankan buku literatur tebal, novel saja saya tamatkan dalam delapan bulan (lama yak), lebih suka mainin dan baca anak orang (eh?anak saya loh)
Ini nih beberapa buku baru (baru saya baca) dan kembali saya baca ulang.

1. Cerdas Mengelola Keuangan Keluarga


Ini sebenernya layaknya daftar pustaka saya kalo lagi awal bulan, dan akhir bulan, buku ini jadi bahan evaluasi penyesalan saya. Isinya bagus, memahamkan kita tentang apa itu harta dan kekayaan, bagaimana islam memandang harta, bagaimana perempuan dan istri memelihara kekayaan suami dan membantu keuangan keluarga, hingga contoh aplikasi pengaturan keuangan keluarga. Cocok untuk keluarga baru yang baru belajar mengurus keuangan seperti saya. Dulu saya beli waktu masih 'hot from the oven' mau jadi penganten baru, belinya di pameran buku sama teh mela, harganya juga murah meriah lima belas rebuan. Cucok kan? (sama kantong saya yang waktu itu masih jadi mahasiswi)
2.  Energi Cinta untuk Keluarga


Katanya orang-orang sih cinta dalam pasangan suami istri hanya bertahan 3 tahun, selebihnya kasih sayang. Ya, saya merasakan pudarnya cinta. Alhamdulillah masih cinta sama suami. Yang saya maksud pudar adalah sisi kehangatan yang seperti tergerus waktu dan kesibukan  masing-masing terutama setelah fokus lebih banyak beralih ke sang pangeran Rayhan. Buku ini menjadi batere booster energy. Judulnya aja ada kata 'energi'. Kata-katanya sederhana, karena contoh pengaplikasiannya diambil dari pengalaman pengarangnya. Oh, ya pengarangnya kakak kelas saya waktu SMA (kakak kelas angkatan jauh, pamer :p) yaitu Ustadz Adi Junjunan Mustafa. Buku ini menceritakan bagaimana kita membangun energi cinta, kehangatan dengan pasangan kita, dan anak-anak kita, hingga bagaimana kita menyikapi berbagai konflik dalam keluarga. Kerenlah!
3. Ranah 3 Warna


Kalo yang ini buku sequelnya Negeri 5 Menara. N5M sendiri akan difilmkan, dan launching pada awal 2012. Kalo buku pertamanya sih beli pas rayhan masih in the womb. Dan kayanya sudah diberikan pada si Adik Misbach. Jadi weh, cepet banget bacanya, cuma 2 malem kok. Nah, kalo yang yang ini, saya harus menunggu 8 bulan, kalo bayi udah brojol kayanya, tiap kali mau baca satu lembar pasti tertunda. dan ternyata kalo diniatin, hanya 3 malam ternyata.Hahaha. Ini merupakan lanjutan dari kisah Alif yang berjuang masuk UMPTN, dengan diiringi cemoohan teman-temannya yang tidak yakin ia akan berhasil masuk PTN karena pelajaran yang diikutinya semasa di pondok madani tidak mungkin bisa mencapai soal-soal UMPTN.Ternyata Alif mampu, dengan membuktikan mantranya Man Shabara Zhafira, Siapa yang Sabar dia akan beruntung. Alif mampu melewati rintangan-rintangan hidup selama menyelesaikan kuliah dan mewujudkan cita-cita pergi ke luar negeri ke Kanada. Di sisipi kisah cinta yang dipendam dan akhirnya lambat diungkapkan berakhir ceria dengan hasil yang memuaskan dan membahagiakan bagi Alif dan keluarganya, atas keberhasilan Alif menyelesaikan kuliah. Novel ini memotivasi saya, dan mengingatkan saya bagaimana semangat juang semasa kuliah.
4. Hafalan Shalat Delisa

Buku ini sukses bikin saya tersedu-sedu di malam hari, dan merinding mengingat kisah Tsunami Aceh 2004 silam. Kenapa ya dulu pas langsung mendengar kejadian tsunami saya justru tak semerinding ini, bahkan saat di kampus gembar gembor relawan. Buku ini menceritakan tradisi keluarga Delisa dalam memberikan apresiasi bagi anak-anak mereka yang kesemuanya perempuan dalam membaca hafalan shalat, siapa yang sudah berhasil menghafal bacaan shalat akan mendapat hadiah berupa kalung. kali ini Delisa, gadis cerdas berumur 6 tahun yang tinggal di Lhok Nga, Aceh, sedang melewati ujian menghafal bacaan shalatnya. Delisa begitu bersemangat menghafal bacaan shalatnya karena ingin segera memiliki kalung dengan liont D, D untuk Delisa. Diselingin intrik sesama saudara dalam keluarga, kepolosan dan kasih sayang keluarga, cerita ini menjadi begitu sederhana. Sayang saat Delisa hendak selesai diuji bacaan shalat oleh Ibu Guru Nur, Gempa dan Tsunami menghantam Aceh di hari minggu yang cerah. 3 saudara dan Ummi Delisa meninggal di hempas tsunami. Namun Delisa yang berhasil selamat setelah berminggu- minggu tak ditemukan, justru hidup dalam keadaan mengenaskan, kakinya terpaksa harus diamputasi. Delisa tampak tabah dan selalu ceria, ia tak pernah menyesali ketiadaan kakinya, Ia hanya menyesali kebohongannya pada Ummi dan keterlambatannya meminta maaf pada Umminya. Delisa yang akhirnya hanya tinggal dengan Abinya, berjuang membangun hidup kembali dan berusaha mengumpulkan kepingan hafalan shalatnya. Delisa yang ceria dan polos, begitu bersih hatinya, sehingga menjadi sumber inspirasi seorang tentara Amerika untuk menjadi mualaf. Setelah kejadian tsunami itu, ia menjadi begitu sulit menghafal bacaan shalat, berkat bantuan dari seorang relawan Bang Ubai, ia memperoleh kata kuncinya, IKHLAS, jangan berharap karena sesuatu jika melakukan suatu pekerjaan.Hingga akhirnya Delisa berhasil menyelesaikan hafalan bacaan shalatnya dan khusu menyempurnakan shalatnya. Dulu beliin buku ini, sebagai hadiah buat sang suami tercinta, bermaksud agar dibaca, eh ga dibaca-baca, yah, tak baca aja sendiri yak. Buku ini juga dalam proses difilmkan dan akan launching pada Desember 2011 dalam rangka memperingati  tsunami Aceh.
5. Kumpulan Kisah Inspiratif 2 Kick Andy


Ini adalah buku berisi kumpulan wawancara kick andy dengan beberapa narasumber. Bukunya inspiratif, ada banyak tokoh yang mengispirasi dari mulai  Sugeng si pembuat kaki palsu yang ingin membantu banyak orang hingga tokoh reformasi Timtim.

6. Anak Sempurna atau Anak Bahagia?


Buku ini pernah saya baca sebelumnya saat masih jadi ayu ting ting (lho) di kampus, hanya saya baca sekilas sebagai literatur tugas kuliah dan saat menyusun tema islamic sunday di Karisma. Tetapi saat saya baca setelah memiliki rayhan, buku ini menjadi tamparan keras dan evaluasi bagi saya. Buku psikologi parenting ini berisi do and don't dalam mendidik anak kita menjadi sesuai dengan apa yang kita inginkan atau sesuai dengan yang ia butuhkan. Anak menjadi sempurna seperti apa yang kita harapkan tetapi tertekan atau anak menjadi sempurna dengan bahagia. belum selesai baca nih. Lanjooooot! 

Ketika Taman Orang Berilmu Hadir

"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang diKehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul kepada siapa yang diKehendaki-Nya. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha Kuasa" (QS. Asy-Syura : 49-50)

Anak adalah anugerah, ia selalu membuat kita tersenyum, dari mulai tangisnya yang membuat seisi dunia bahagia, hingga setiap hadirnya yang meski mungkin semakin besar senyum itu bisa jadi justru tangis. Anak adalah titipan, yang hadir dikarenakan kehendak amanah Sang Maha pemilik, suatu waktu Ia memberi, kemudian hari di saat kita merasa memiliki ia bisa saja diambil kembali. Anak adalah buah hati, hadirnya nya adalah buah dari kisah cinta sepasang manusia yang saling mencintai karena-Nya ...
Tepat 3 bulan pasca curratege, Allah SWT memberikan amanah itu pada kami. Meski sebelumnya Mamah mewanti - wanti agar saya istirahat untuk memiliki momongan, karena pasca kuret menurut bidan di kuningan, harus menunggu hingga setahun kemudian. Tetapi hal ini berlawanan dengan opini dokter kandungan saya, saya boleh merencanakan kehamilan setelah masa nifas selesai. Sebagai seorang wanita yang baru saja menikah keinginan untuk segera hamil memang menjadi keniscayaan, apalagi setelah melewati masa kehilangan. Kontrol pasca kuret pun menjadi begitu berat bagi saya, ketika melihat kanan kiri para ibu menggendong anak mereka, atau para suami yang sedang mengantar istrinya memeriksakan kandungan, sementara saya harus memriksakan kondisi rahim yang telah kosong.

Belum lagi cerita teman - teman yang sebelumnya bersamaan hamilnya ... hal ini menjadi sangat menyakitkan, meski orang tua dan teman - teman yang begitu peduli bersilaturahmi melihat keadaan saya di rumah serta menghibur saya. Apalagi ketika melihat suami, meski dalam diam saya tahu dia pun menunggu, apalagi setiap kali dia mendapat kabar temannya yang baru saja menikah, dalam jangka waktu sebulan langsung dinyatakan positif hamil.

Dalam kurun waktu 3 bulan, setiap kali bulan datang tak tepat waktu, saya coba untuk mendeteksi keberadaan janin, lagi - lagi hanya satu garis merah. Hingga di akhir penghujung Juni, Allah memberikan amanahnya pada kami. Sayangnya si janin begitu rawan, kandungan saya sepertinya lemah, dalam usia 8 minggu, flek muncul, DSOG menyarankan saya untuk bedrest dan mendunda berhubungan dengan suami, karena dikhawatirkan  akan memancing kontraksi dan flek. Dokterpun memberikan penguat kandungan yang dimasukan lewat belakang. Selain itu, karena tidak ingin terulang lagi, saya terus-terusan browsing mengenai pengalaman ibu-ibu yang mengalami hal yang sama, di sana saya menemukan obat bisa mempertahankan kandungan dan menghentikan flek. Subhanallah, atas izin Allah dalam satu hari flek pun berhenti.

Saya tidak melewati masa ngidam yang berarti, mual muntah saya alami, ya mungkin si janin tau bahwa abinya  sedang tugas jauh, di Palembang, sementara saya tinggal bersama Mama di Kuningan. Di kuningan saya tidak menemukan dokter kandungan perempuan, karena pada saat bersamaan dsog perempuan sedang cuti melahirkan, akhirnya saya kontrol dengan dokter kandungan laki-laki di salah satu rumah sakit umum.

Menjelang hari H ...
H-14 menjelang kelahiran, sejak usia kandungan 7 bulan saya mulai rajin senam hamil, sesuai yang dianjurkan dokter, meski sering kontrol kandungan ke dokter, saya juga termasuk yang rajin kontrol ke bidan di desa, karena rencana saya untuk lahir normal, suami pun sedang off dari pekerjaannya, dan sepertinya sengaja untuk menyaksikan proses persalinan putra pertama kami.

Ya ampun, kok bahasanya resmi nian ya boooo....
hahaha, ga pa pa lah ... mumpung masih 'sehat'

H-7 makin deg-degan, karena satu persatu teman - teman yang bersamaan hamil melahirkan, di kampung saya, melahirkan normal adalah suatu yang keharusan sepertinya, sehingga tampaknya melahirkan secara sesar adalah sebab-akibat dari ketidak patuhan si ibu hamil yang melawan pantangan, sesar adalah musibah.

H-1 Suami mulai bertanya-tanya. kapan anak kita lahir, saya sendiri berusaha optimis,akan bisa lahir normal, mengingat posisi janin yang bagus, berada di bawah dan sudah masuk pinggul.

H+1 hingga H+10, saya sendiri mulai khawatir, selain khawatir karena harus melahirkan sendiri, suami harus kembali ke tengah hutan, teman saya yang juga melewati hari H-nya bisa melahirkan normal, mamah pun mulai bertanya-tanya, bahkan tetangga, saya?saya diam, tapi berusaha untuk menutupi kecemasan, jalan pagi saya rubah jadi lari pagi, bahkan mengepel lantai pun jadi begitu sering, demi memancing jalan keluar di calon baby. Rasa-rasanya sih sudah ada mules, tapi mules lemes karena terlalu cape keliling rumah ...

Kebetulan dokter saya ini sangat sibuk, jika ada jadwal operasi, dia selalu off praktek, dan di saat- saat masa genting beliau susah sekali dihubungi justru di H+10 itu beliau baru bisa dihubungi, dan  sungguh bagai petir di siang hari (lebaaay), beliau menyarankan Operasi Sesar, dengan alasan belum adanya pembukaan dan kemungkinan gagal dalam persalinan normal, tidak hanya saya yang kaget bahkan Mama.

 H+10 malam hari, saya seperti orang linglung, tidak bisa tidur, dan ingin menangis, antara ketakutan dogma masyarakat tentang operasi sesar dan takut mati, jujur rasanya pengetahuan agama saya dan kesiapan mental dengan banyak membaca buku kehamilan, justru seperti pudar, saya takut, takut mati, takut kehilangan nyawa di meja operasi, jujur saya tak pernah datang ke rumah sakit kecuali saat kontrol selama hamil ini.

Mama saya pun mulai bertanya tentang kesiapan mental dan biaya, dan kemungkinan siapa yang akan mengadzankan anak kami seandainya harus lahir sesar tanpa kehadiran abinya, saya tau Mamah khawatir sekali, meski menyuruh saya banyak berdoa siapa tau keinginan untuk segera lahir normal datang besok pagi.Saat beberapa tetangga tau, yang terjadi? mereka menyalahkan saya dan mamah karena memilih kontrol ke dokter, bukannya ke bidan saja, ketika konsultasi ke bidan pun saya disalahkan, beliau bilang kalau dokter memang selalu pro sesar. Ya Allah mengapa tidak ada yang membuat saya nyaman dan tenang, selain hanya Berdo'a pada Allah dalam sujud panjang saya di malam itu.

Malam terpanjang dalam hidup saya,
Saya tidak mau membuang waktu, itu yang dalam pikiran saya, saya harus mengambil keputusan, anak saya harus lahir dengan kondisi postterm, lewat waktu, waktunya tinggal seminggu lagi dan itu tepat 42 minggu. Saya sudah keburu kecewa pada dsog saya karena tidak memberikan pilihan induksi, dan mengusahakan normal terlebih dahulu. Saya pun konsultasi pada bibi-tante saya, yang seorang dokter, tentang kemungkinan saya bisa melahirkan normal, ternyata beliau pun dulu melahirkan normal lewat induksi, saya pun berusaha mencari opsi melahirkan di cirebon, yang memungkinkan bisa induksi terlebih dahulu, tapi sebelum itu saya harus konsultasi pada dokternya, ternyata hari sabtu minggu di rumah sakit tersebut libur, akhirnya atas rekomendasi Bibi saya memutuskan untuk merencanakan kelahiran lewat induksi di sebuah RSIA di Bandung.

Setelah sebelumnya saya membaca pengalaman para bumil yang berhasil lewat induksi pada dokter tersebut, segera tanpa pikir panjang pagi harinya saya memesan mobil carter atas bantuan Andhin teman SMA saya (Terima kasih dhin) dan mengajak mamah bersiap2 ke Bandung, itu adalah keputusan tercepat dalam masa genting, para tetangga seperti menyayangkan kepergian saya, mereka malah menakut-nakuti saya akan operasi sesar. Hey!!!! saya justru sedang berikhtiar ingin normal ibu-ibu!!, seorang Paraji,  yang suka membantu memijit saya selama kehamilan pun akhirnya ikut juga, kebetulan beliau masih saudara. Dan saya seperti seorang wonderwoman (beneran!!), karena nasib dua ibu setengah baya pun bergantung pada keberanian saya. Sementara di sisi hati terdalam lainnya saya pun khawatir dalam perjalan yang 4 jam itu, Kuningan - Bandung, dalam kondisi hamil 41 minggu, saya khawatir melahirkan di tengah perjalanan. Suami yang harus mendadak saya undang berangkat dari Palembang ke Bandung pun menyarankan mencari bidan terdekat di tengah perjalanan jika ada tanda-tanda ingin melahirkan.

Berita kelahiran, satu persatu, tidak lagi ingin saya dengar, saya tidak ingin putus asa dan menyurutkan langkah saya untuk melahirkan normal, dengan penuh kesabaran dan do'a.

Sesampai di Bandung, Kakek dan Nenek, langsung menyambut kami dengan banyak pertanyaan, saya tidak tau ada langkah dan rencana apa di kemudian hari, sehingga putra kami tercinta ini ingin sekali lahir di tempat Umminya menuntut ilmu dan dididik penuh cinta oleh Kakek-Nenek Uyut nya.

Mamang saya (Suami Bibi yang dokter) yang juga seorang dokter serta kakek ikut mengantar kontrol pertama saya pada dokter H, yang ternyata teman kuliah S3 Bibi dan yang juga membantu persalinan anak-anaknya.

Saya ceritakan dan keluhan saya tentang niat saya untuk melahirkan normal lewat induksi karena di kota saya disarankan untuk operasi sesar:

Dokter : Ah ini masih bisa normal kok ayo kita periksa
Saya : Alhamdulillah dok ...
Dokter: Coba kita periksa (sambil mendekatkan alat usg), ini sama dokternya dikasih vitamin Q ga
Saya: (Yang merasa semangat minum semua vitamin dari dsog), minum dok, Nutrimama!
Dokter: Bukan, maksudnya Alqur'an, sudah khatam belum?
Saya: Jlebbbb!!!
Dokter:Ini suaminya kemana?
Mamah: Sedang tugas di luar pulau dok, tapi sekarang sedang dalam perjalanan menuju RS
Dokter : Pantesan, jarang ditengok kayanya nih
Kami: Tersenyum setengah ketawa (membenarkan)


Hari itu juga saya di CTG, di ruang CTG mas ternyata sudah menunggu, Alhamdulillah
dan menurut dokter kondisi bayi dalam keadaan baik. Dokter menyuruh saya dan suami bersabar dan berdo'a, serta mengkhatamkan alqur'an, hal yang luar biasa adalah kami diberi VCD Murrotal. Serta resep untuk sesering mungkin induksi alami. (hahaha %&%&*&$$&)

Di rumah Nenek-Kakek, Bibi ikut membantu saya dengan semacam metode akupunktur untuk memancing bukaan, sekaligus setiap waktu mengontrol bukaan. Induksi alami? Rasa nya seperti sudah mual (wkwkwk), ini jadi serasa menyakitkan, rasanya seperti selalu ada kontraksi setelahnya, tapi tiap diperiksa tidak juga da bukaan.

Setiap pagi, mas selalu menemai jalan pagi, yang sudah menjadi 'lari pagi',hahahaha, bahkan loncat-loncat, dari mulai jalan perumahan rajawali, sampai lapangan Sabuga pun dilewati ...

H+14 berita kelahiran lagi, lewat fb, saya berusaha menyembunyikan, karena khawatir mas mulai patah semangat bersabar untuk lahir normal, karena selama rentang waktu menunggu itu menyulut emosi sekali, kadang saya yang meminta menyudahi dan langsung operasi saja, dan mas berusaha menyemangati, kadang sebaliknya justru mas yang tampak mengajak saya operasi saja.

H+15 Pagi hari di kamar mandi saya menemukan bercak lendir darah, ini pertanda sudah adanya bukaan dan siap melahirkan, dan setelah diperiksa ternyata sudah bukaan satu longgar, seperti saran dokter H, kami langsung meluncur ke RS melakukan Induksi. Setelah sebelumnya menyelesaikan masalah adminstrasi dan CTG.

Pukul 13.00 Masuk ke ruang OK, dan perawat langsung memasukan sesuatu ke area belakang, yang menyebabkan saya ingin memuntahkan isi perut (ke belakang), setelah itu makan siang, meski menu saat itu enak tampaknya, tapi tidak semua makanan masuk, saya seperti kehilangan selera makan, suster langsung memasukan induksi balon, rasa mulasnya belum seberapa

Pukul 17.00 pembukaan 4, suster mulai bertanya-tanya mengapa bukaan masih di bukaan 4, harusnya sudah banyak

Pukul 18.00 merambat ke bukaan 5 longgar, dan suster mulai memasang induksi infus, kontraksi mulai terasa sakit sekali, apalagi suster memecahkan cairan ketuban, wow, rasanya, subhanallah....

Pukul 20.00, visit dokter, dan lagi-lagi dokter bertanya-tanya kenapa lama ya, saya sendiri mulai merasa tidak ada jeda nafas, mamah dan mas menyemangati dengan menyuruh saya terus memperbanyak dzikir, dibukaan 7 ke 8 yang entah mengapa terus maju mundur karena tanpa saya sadari karena tak kuat menahan sakit saya mengejan sehingga bukaan kembali mundur, saya seperti tak bisa mengendalikan diri, terus-terusan memuntahkan isi perut, seperti tidak ada tenaga lagi, dan rasanya sakiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit sekali.

Tengah malam, suara bayi terus bersahutan, ranjang di pinggir saya, bayinya akan lahir, ya Rabb saya mulai patah arang, saya tutup telinga saya dengan radio, agar tak menggentarkan diri... sambil bertanya-tanya dalam hati, kapan giliran saya ... pelan-pelan saya mulai meneteskan air mata kesedihan.

jam 4 pagi ..mentari semakin memunculkan sinarnya ...
Saya sudah kehabisan tenaga dan nafas, suami mulai khawatir, sementara dokter belum juga visit. Saya sendiri terus-terusan meminta suster memeriksa bukaan, rasanya periksa bukaan sudah tidak terasa sakit lagi dibandingkan rasa kontraksi.

Jam 6 Pagi, sarapan sudah tidak masuk lagi, saya semakin tidak kuat dengan kontraksi yang semakin hebat, bukaan 9 ... Dokter mulai khawatir

Dokter: Sri, kok ga maju-maju ya?
Saya: Gimana dok?
Dokter:Satu jam lagi saya harus rapat, kalo ga keluar-keluar juga kita sesar saja ya?
Saya:(masih berusaha ingin normal tapi pasrah dengan rasa sakit)

Semuanya bingung termasuk suami yang ternyata sudah disodori form operasi, suami yang tidak tega melihat saya tidak kuat menahan sakit, mulai menanda tangani form, sambil melihat kearah saya. Sementara para bidan yang menangani saya terus berdikskusi.

Bidan 1: Bisa nih
Bidan 2: Kayanya kelilit,tapi bisa kok
Bidan 3: Gunting aja, paling sedikit

Para bidan mulai menyuruh saya mengejan. Saya yang sudah tidak ada tenaga karena tidak masuk makanan dan terus muntah mencoba mengejan. Ilmu pernafasan dari kelas prenatal sepertinya terbang begitu saja, bidan yang lain mendorong dari perut saya.  Sementara para petugas anastaesi sudan\h bersiap mengangkut saya, dan bingung, apakah saya jadi dioperasi atau tidak. Akhirnya saya menyerah ...

Di ruang operasi ...
Petugas anastesi beraksi,

Saya: Dok, rasa kontraksinya bis ahilang kan (mulai menyerah sama sakit kontraksi, anehnya setelah selang infus induksi dicopot rasa kontraksinya tidak begitu hebat)

Dokter: Iya dong, kita tunggu yah 10-15 menit
Dokter: Kenapa ya kok susah lahirnya,
Dokter terus banyak mengajak saya ngobrol, dari mulai kondisi di dalam ruangan sampai gosip tentang Bibi saya yang dibuat-buat bercandaan, dan saya mulai tertidur. Saya benar-benar lelah dan tidak bisa tidur semalaman

Hingga, suara itu menggema, suara tangis yang membuat air mata haru dan senyum terindah bagi saya, untuk pertama kalinya saya cium putra pertama kami.

Si bayi ternyata terlilit ari-ari di kedua pundaknya, layaknya orang yang memanggul tas punggung, inilah yang menyebabkan bayi tidak juga turun saat mengejan. Yang saya sesali selama kontrol di Bandung usg hanya menggunakan doppler, bukan usg layar, kemungkinan lilitan terjadi pada minggu-minggu terakhir. Karena mungkin jika dari awal memang ada lilitan saya akan langsung memutuskan Sectio Caesar. Inilah rencana Allah, ingin melihat seberapa besar usaha kami menyambut putra tercinta.

Dokter: (masih juga menceracau) Pantesan ini mah calon pendaki gunung, kelilit ari-arinya nih ...


Sekitar Pukul  08. 40 WIB, Pada Hari Jum'at yang indah, 16 April 2010, Tepat di usia kehamilan 42 minggu.


Putra kami yang kami beri nama RAYHAN AVICENNA ALFATIH MUSLIMIN lahir ke dunia

Rayhan: Taman yang harum
Avicenna: Diambil dari nama Ilmuwan muslim Ibnu Sina, berharap rayhan pun secerdas beliau dalam memanfaatkan ilmunya bagi dunia dan islam
Alfatih : Panglima Perkasa Muhammad Alfatih yang meruntuhkan constantinopel menguasai 5 bahasa dan 5 bidang ilmu
Muslimin: Seorang Muslim dan diambil sebagai marga dari nama belakang abinya

Berharap nanti putra kami menjadi seorang cerdas yang harum namanya di dunia dan akhirat, orang yang berilmu dan memanfaatkan ilmunya bagi kebaikan umat di dunia dan bahagia di akhirat kelak.


Allahu Akbar ...
Menyejarahlah engkau nak, seperti namamu.


(Allah Maha Besar, 6 bulan setelah Rayhan lahir dan kami kembali berkumpul di Depok, Nenek Uyut di Bandung meninggal dunia. Allah, Engkau ingin mendekatkan ikatan darah itu, mengenalkan uyut pada buyutnya, Allahummagfirlahum warhamhum wa 'afihi wa' fuanhum)

Rabu, 02 November 2011

Sejuta Arif

Judul di atas saya adaptasi dari sebuah lagu EdCoustic, yang berisi tentang kisah perjuangan jundi – jundi kecil yang harus tergilas kondisi dengan hidup di jalanan, demi sesuap nasi ataupun demi masa depan mereka yang kian tak pasti …




Sejuta Arif[Edcoustic]


Kata-katamu tak sempat lama kan lampu merah
Cepat kau menepi menghitung kepingan rupiah
Arif tak peduli walau panas hujan menerpa
Untuk sebuah kehidupan


Anak kecil berlarian dibelantara kota
Bernyanyi dengan alat musik sangat sederhana
Arif tak peduli masa kecilnya tlah terampas
Bahkan cita-citamu hampa


Reff :
Sepuluh seratus bahkan seribu
Seratus ribu bahkan sejuta Arif menunggumu
Uluran tanganmu
Demi generasi jauh disana


Pernahkah kau pikir andai kau Arif sebenarnya
Berjuang menepis keangkuhan manusia kota
Arif tak peduli hatinya terbentur prahara
Bahkan cita-citamu hampa


Setiap kali bertemu mereka tak jarang saya hanya bisa tergugu pilu, dan terdiam tanpa gerak …


Bukan hanya mereka yang berjuang keras di jalanan, kian hari sejak penghujung tahun 2004 saya melihat kota Bandung ini semakin semrawut dengan para pengamen dan pengemis. Dalam perjalanan dari rumah sampe kampus saya bisa enam sampe delapan kali dihibur dan tidak jarang Cuma sekedar menadah tangan demi mendapatkan satu uang logam tersisa di saku tas, atau sela – sela dompet bekas kembalian ongkos sehari yang lalu …


Tidak jarang yang beruntung itu mendapatkan logam yang mereka cari, dengan sedikit yang merunduk lemas kala tak satu pun di dalam mobil mengisi gelas aqua plastic dan uluran tangan mereka …


Strategi baru juga rupanya untuk satu tahun belakangan, bahwa para jundi jalanan ini meminta recehan dengan memberikan amplop berisi tulisan “Assalamualaykum wr wb, Punten Nyungkeun bantosan saikhlasna kanggo biaya sakola sareng kanggo emam …” tentu saja dengan tulisan khas gaya mereka sendiri, dan tidak jarang yang ditulis ketikan atau potokopian. Sebenarnya ini salah satu strategi juga, agar para penumpang yang diberi amplop akan merasa gengsi kalo Cuma ngasih uang cepe. Meski kalo menurut analisa manajemen saya, hal itu tidak efektif, sering kali pengen nasehatin, mending pake gelas aja ketimbang pake amlplop, Karena orang dengan mudah menolak saat si adik menjulurkan amplop pada penumpang, selain itu sedikit repot kalo pake amplop, ga efisien waktu … pertama harus membagikan sejumlah amplop ke para penumpang di mobil, lalu nyanyi, setelah itu ngambilin amplop satu-satu, butuh waktu 3 kali lebih lama jika dibandingkan dengan cara konvensional, meski recehan kalo semuanya di mobil ngasih persetiap satu orang cepe, si ade bakal dapat untung banyak. Huuu ada ya strategi kaya gini? Yah mau gimana lagi saya tau pasti strategi amplop juga dikasih oleh para bos mereka ….


Dan strategi amplop ini sangat gencar sekali terlihat di perempatan Halteu Ciroyom, belakang ini sebagian besar pengamen kecil lebih banyak juga yang pake strategi ngasih amplop, dengan bacaan yang sama, padahal harga satu amplop bisa mencapai lima puluh rupiah sampe seratus, khan tambah boros juga ya …. Pernah suatu kali saya sengaja melakukan survey kecil2an memperhatikan anak2 ini selama satu minggu, kenyataannya mereka tidak pernah sekolah, seperti yang dituliskan di amplop untuk biaya sekolah, pagi sampe sore mereka tetap di jalanan …


Sayang seribu sayang, sejak adanya Kuliah Kerja Nyata Anak Jalanan, dan mendapatkan informasi dari sekian besar studi lapangan dalam membina anak jalanan,sebagian besar dari mereka tidak bekerja atas kemauan sendiri, banyak di antaranya yang dipaksa kedua orang tua untuk turun kejalanan dan memang dimiliki para bos – bos liar yang mengawasi mereka dari kejauhan. Tidak sedikit kemudian hasil megamen tersebut dijadikan aksi mabok lem atau biasa disebut ngelem. Untuk anak jalanan tipe seperti ini dapat dilihat dari satu area kaos di bawah leher mereka yang terlihat kotor sekali, itu tanda bahwa mereka sering ngelem, yang lebih mengerikan adalah jika setiap kali mereka berpindah pangkalan maka tida sedikit yang kemudian mengalami tindak pelecehan seksual dan sodomi oleh para senior di daerah tempat mereka mangkal, berdasarkan penelitian sekitar kurang lebih enam puluh persen para gadis kecil dari usia SD sampai remaja yang berstatus anak jalanan terindikasi sudah pernah melakukan hubungan seks. Naudzubillah …


Untuk beberapa titik lokasi di bandung, memang ada banyak anak jalanan terorganisir, kasian sekali mereka kerja dari pagi sampe malam, yang menikmati semua hasilnya malah para Bos, untuk kasus ngelem sendiri pernah diteliti secara langsung oleh mahasiswa UPI dan menjadi juara karya tulis ilmiah tingkat nasional [saya lupa lagi istilahnya apa untuk ‘ngelem’ ini], Cuma ya itu, dengan uang hanya seribu rupiah mereka bisa merasakan nikmatnya mabuk menghirup bau lem kayu atau besi seperti layaknya orang yang menghirup sabhu dan makan ekstasi, Cuma mungkin waktu mabuknya lebih pendek ketimbang mabuk dengan psikotropika pada umumnya …


Sebenarnya banyak sekali LSM – LSM yang peduli, seperti Rumah Singgah Harri Roesli, dan lain sebagainya yang memberikan berbagai pembinaan dari mulai pendidikan sampai dengan keterampilan, namun hambatan tidak jarang muncul terutama untuk beberapa daerah yang memang lingkungannya diisi oleh para keluarga yang mempekerjakan anak – anak mereka sebagi pengamen jalanan. Para orang tua kadang merasa khawatir jika anak mereka terlalu lama belajar, mereka beranggapan lebih baik di jalanan dengan mendapatkan uang dua puluh ribu rupiah perhari ketimbang anak – anak mereka belajar baca tulis … dan wajah – wajah semangat itu pun meredup, kehilangan cahaya namun kembali ceria kala sang kakak berjanji esok akan kembali mengajar mereka …


Ini cerita yang saya dengar dari teman – teman yang melakukan Kuliah Kerja Nyata AnJal di seluruh penjuru lokasi mangkal anak – anak jalanan di Bandung, tidak jarang mereka harus menghabiskan perharinya lima puluh ribu rupiah demi membuat para jundi ini mau belajar menulis dan membaca saja … Subahanallah …


Dan kala di akhir acara KKN, subhanallah mereka terlihat begitu rapih dan bersih[lebih rapih dari sebelumnyalah], dengan memberikan hasil karya mereka seperti yang telah diajarkan kakak2 pembimbingnya …ada yang melukis, membuat kerajinan, bahkan menampilkan atraksi musik …


Namun mungkin program ini belum sampai menggaet Hilman …
Salah satu jundi kecil yang juga bernasib sama dengan mereka, hanya saja Hilman sedikit lebih elit, dia ngamen di kampus bukan di jalanan atau di angkot… Hilman, ya satu – satunya pengamen di dunia ini yang saya ajak kenalan mungkin ... Lagu yang dibawakannya pun ga selalu lagu ’sepohon kayu’  seperti yang dinyanyikan kebanyakan anak jalanan,tapi lagu2 band tanah air , meski dia hapal Cuma reffnya saja ...
Tiga tahun yang lalu, saya mengenal Hilman, saat berkenalan di depan kelas ruang kuliah saya. Meski sekarang UPI lebih rapi, namun masih saja banyak pengemis dan pengamen yang bebas. Salah satunya Hilman yang bisa keluar masuk kelas dan ruang kuliah saya, bukan hanya di Ruang C, tapi saat saya di Gymnasium, di FPOK, Ex Satpam, UPInet, Pentagon, Garnadi bahkan di Gerlong saya selalu ketemu Hilman. Pernah dalam satu hari, Hilman masuk 3 ruang kuliah yang saya masuki ...dan saya malah teriak ’eh budak ieu deui!’ lalu dia senyum – senyum kecil karena itu untuk ketiga kalinya pula ia menyanyikan lagu yang sama.
Saking seringnya ketemu itu akhirnya saya kenalan. Hilman, nama yang bagus. Mengingatkan saya pada kakak kelas saya di SMA yang sekarang sudah menjadi Vokalis Justice Voice, sayangnya Hilman tidak bernasib bagus seperti Fely Hilman JV. 3 tahun lalu saat bertemu Hilman, usianya sekitar 8 tahun, dia masih kelas 3 SD, begitu saat kenalan. Dan saat saya tanya masih sekolah atau tidak, hilman jawab masih sekolah, waktu itu Hilman salah satu adik asuh Tutorial UPI sepertinya dari penuturan dia yang katanya dapat juga bantuan dari kakak PAA. Namun satu setengah tahun kemudian saat saya tanya kembali Hilman bilang dia sudah tidak sekolah. Hilman selalu rajin mengunjungi kelas saya, tepat nya kebetulan, karena daerah operasinya ya daerah UPI.
Ga jarang saya suka jailin dia, kalo sudah  ada yang ngasihin uang, kadang dia suka kabur dan meninggalkan syair yang menggantung ga selesai. Makanya beberapa kali saya nahan dia sambil bilang ’Eh jangan pergi dulu, selesaikan dulu lagunya, De’, dan dia pun tersenyum dengan aga sedikit kesal mungkin karena ditahan. Saya jadi terhibur dengan wajah polosnya Hilman yang tampak gemas karena saya tahan, dan disuruh nyanyi satau lagu sampe selesai. Dan Tiga minggu yang lalu Hilman kembali datang menemui saya [kebetulan aja], tepat setelah saya keluar dari ruang pembantaian proposal skripsi dengan wajah lesu, Hilman menyanyi dengan gaya khasnya plus kecrekan yang ga pernah jelas nadanya, kali itu saya minta dia nyanyi secara khusus untuk saya dengan lagu pilihan dia, lagu Samsons ’Bukan Aku’, dan sampe selesai syairnya, meski kemudian ga tega juga ... , anak2 sampe geleng2 liat saya. Tapi Hilman memang selalu seperti itu, dengan senyum sederhananya. Rasanya terlalu sederhana jika apa yang Hilman lakukan saya nilai dengan uang yang tidak seberapa. Saya hanya bisa berdo’a semoga ada orang baik yang mau peduli dengan Hilman ... dan semoga bulan ini saya bertemu Hilman kembali yang akan menyanyikan sebuah lagu bahagia setelah saya keluar dari ruang pembantaian, kali ini dengan wajah tersenyum bahagia tentunya ...
Lain lagi Saat bulan puasa tahun lalu, saat saya memberikan snack dan air mineral gelas sisa buka puasa kepada seorang pengamen yang membawa adiknya untuk mengamen di atas mobil ... Sungguh mengharukan si kakak usia 6 tahunan itu memberikan air mineral itu pada adiknya yang berusia 3 tahun, dan si adik tampak begitu bersemangat meminumnya,  si kakak tampak tersenyum meski wajah lelah dan hauspun tampak menggelayut di wajahnya ...
Lalu saat setengah tahun lalu, jam sepuluh malam di samping Rumah Sakit Al Islam, saat meninggalkan nenek yang sedang dirawat untuk makan malam, saya yang sedang menikmati malam hari sendiri. Di temui dua orang anak kecil dengan membawa tanggungan berisi cireng. Lucunya saat mereka datang saya sedang merenungi nasib seorang jomblo yang belum makan dari siang karena di rumah sakit belum sempet keluar kamar nenek, dan keluar di tengah malam seorang diri, sementara pengunjung di kedai Soto Betawi saat itu, akhwat hanya saya. Lalu saat saya tanya asal mereka dari mana. Mereka bilang dari Soreang. Padahal jarak Bandung [kota] ke Soreang [Wilayah Kabupaten] kurang lebih satu jam setengah, itu pun apa masih ada kendaraan yang mau ngangkut mereka tengah malam begini? ... Mau tinggal di mana mereka malam – malam begini? Saya pun bertanya ’Harganya berapa’ dan salah satu dari mereka menjawab ’Sarebu Teh’, dengan logat sunda daerah yang khas ... saya bingung mereka bukan sedang mengemis, mereka sedang menawarkan produk ...lalu saya menawarkan sesuatu yang membuat mereka berpikir ’ummm ... teteh ga butuh cireng de, gimana kalo teteh kasih aja 2000, cirengnya biar teteh balikin lagi aja ya, anggap aja teteh beli’ mereka tampak bingung ...’abdimah henteu nuju ngemis teh, henteu kenging upami henteu digentos ku cireng mah’, meski mereka tampak masih bingung akhirnya bisa juga saya rayu. Soto betawi yang saat itu bisa berharap menahan lapar saya sejak siang di rumah sakit, kini jadi terasa hambar ...
Mereka menerima uang yang tak seberapa itu dengan wajah bahagia, dibagi dua seribu untuknya seribu lagi untuk temannya ... Saat saya tanya mau tinggal di mana malam2 begini, mereka bilang ’Bade ngawe’ngi di emperan toko teh’, dan saya Cuma bisa terenyuh ... berharap Agar Bulan dan Bintang menerangi tidur mereka dan langit menyelimuti serta melindungi mereka dari ketidakramahan kota Bandung di malam hari ....
Hilman ...dan Arif- arif  kecil lainnya
Seperti yang EdCoustic bilang ...
Mereka tak pernah peduli, meski masa kecilnya kan  terampas …
Namun mereka berjuang bukan Cuma untuk mereka sendiri
Tapi juga untuk adik dan mungkin orang tua yang juga berharap kehidupan dari recehan di saku celana mereka ...
Andai peduli ini tak sekedar rasa dan do’a
Mungkin saya bisa melihat senyum mereka lebih nyata ...

Diposting ulang dari blog saya yang lain ...

Tip

Gambar di ambil dari sini

Apa itu tip? dari beberapa sumber yang saya baca, Tip adalah semacam upah atau balas jasa atas usaha atau kerja atau jasas seseorang atas pekerjaannya pada kita, pada umumnya tip ini bernilai sukarela artinya tidak ditentukan harga atau jumlahnya.

Misalnya saja kita dibantu oleh seorang bellboy hotel untuk membawakan barang kita, walau sebenarnya itu memang tugas tapi sudah menjadi lumrah untuk memberikan upah sekedarnya apalagi jika barang bawaan yang kita bawa melebihi kapasitas.

Saya seorang ibu rumah tangga yang meski punya suami yang bisa saja membantu, tapi kadang bahkan sering kali membutuhkan bantuan pelayan jasa bantu membantu ini. Misal saat saya keberatan membawa barang belanjaan dengan troli besar dari supermarket menuju taksi.Saya baru menyadari arti Tip ini untuk mereka. Bagi saya sah- sah saja, sejauh mereka tidak mengenakan tarif yang besar, dan memang pada dasarnya mereka ikhlas.Tetapi kadang ada saja yang mendengus di belakang senadainya tidak diberi.

Saya pernah merasa begitu bersalah saat saya berbelanja dengan barang bawaan yang banyak sambil menggendong rayhan. Seorang bapak separuh baya dengan seragamnya membantu saya membawakan barang-barang dan membantu mencarikan taksi, karena saking rempongnya saya, saya sambil lalu begitu saja tanpa basa basi mengucapkan terima kasih apalagi memberi uang sekedarnya. Sampai selang beberapa detik setelah di dalam taksi saya berhenti kembali dan menitipkan uang itu kepada si bapak. Duh, saya melihat raut wajah kecewa si bapak yang mungkin berharap 1000- 2000 rupiah saja, atau malah ia hanya berharap ucapan terima kasih saya.maafkan saya ya pak.

Si Bapak itu bukanlah petugas keamanan dia bertugas khusus membantu customer mall untuk mencarikan taksi, ya Allah yang saya pikirkan saat itu pasti dai berharap banyak bisa memberikan makan keluarganya dari lemabran rupiah yang saya berikan.

Semenjak itu saya selalu berusaha mengucapkan terima kasih dan memberikan tip pada siapapun yang membantu saya membawakan barang belanjaan yang bejibun  tidak jarang saya hanya mengucapkan terima kasih seandainya itu pertolongan yang tidak terlalu mengangkat beban ...

Jadi, jangan lupa ucapkan haturnuhun, thank you, Jazakumullah, Terimakasih, dan sebagainya. Sebagai tanda kita menghargai bantuan orang lain kepada kita, apalagi jika itu disertai senyuman tulus.

tentang tip ini, ada beberapa tempat juga yang memang tidak menganjurkan pemberian tip, untuk menghindari pungutan liar, tapi kita pasti punya pandangan sendiri yah apakah orang itu membutuhkan atau tidak.